prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme


Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi

Prasangaka ialah adalah buah pikiran dari pikiran negatif pada sesuatu, biasanya pada seseorang. Prasangka biasanya tidak timbul pada orang berinteleksia tinggi sebab pemikirannya yang kritis. Namun pemikiran yang terlalu kritis malah akan menimbulkan prasangka. Contohnya adalah penempatan rudal-rudal jarak pendek oleh Amerika Serikat di daratan Eropa karena prasangka negera tersebut terhadap Uni Soviet. Jadi prasangka juga timbul dalam persaingan dalam mencapai suatu status sosial, dalam persaingan mencapai akumulasi materiil tertentu, juga pada kondisi sosial yang norma-normanya dan tata hukumnya goyah.
Orang yang bersangka rasial biasanya akan melakukan diskriminasi. Jadi diskiminasi adalah bentuk sikap, yakni sikap membeda-bedakan dan merasa yang paling unggul. begitupun, sikap diskriminatif bisa saja timbul tanpa ada prasangka (begitu pula sebaliknya). Contoh diskriminasi di Indonesia adalah pada orang beretnis Tionghoa.
Prasangka sungguh tidak adil, apalagi jika itu tersebar dan menjadi kebenaran yang dipegang banyak orang. Lebih buruk lagi jika menjadi tindakan diskriminasi sebab akan menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Contoh lainnya adalah diskriminasi terhadap ras dan suku di Afrika Selatan yang sempat menimbulkan apartheid sehingga rakyat pribumi menderita.  

A.    Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi

Seperti apartheid yang sempat terjadi di Afrika Selatan, di negara seperti Amerika Serikat masih terjadi diskriminasi terhadap orang negro karena menurut sejarah orang negro adalah budak dan orang kulit putih adalah tuannya. Artinya prasangka dan diskriminasi timbul dari sejarah.
Adanya jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin, pejabat kaya dengan rakyat jelata juga bisa menimbulkan prasangka dan diskriminasi karena berkembangnya sosio-kultural dan situasional.
Prasangka dan diskriminasi bisa timbul pula dari kepribadian seseorang. Misalnya tipeauthorian personality adalah ciri kepribadian orang yang penuh prasangka dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan tertutup.
Perbedaan agama, keyakinan, dan kepercayaan dapat pula menimbulkan prasangka dan diskriminasi. Biasanya ini timbul dari rasa paling unggul atas umat agama, kepercayaan, maupun keyakinan lain.

B.     Usaha untuk Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi

Selayaknya tiga kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memnuhi, bahkan memikirkan kebutuhan tersier pemerataan ekonomi di semua tempat akan mengurangi, bahkan menhilangkan prasangka dan diskriminasi, khususnya oleh kaum miskin terhadap kaum kaya. Adalah tugas pemerintah dalam hal ini. Selain pemerataan ekonomi, perluasan kesempatan belajar juga akan dapat menepis pandangan negatif mengenai eksklusifnya pendidikan tingkat tinggi. Lagi pula, dengan banyaknya pembelajaran yang diperoleh, maka prasangka dan diskriminasi memang dapat dihilangkan. Namun yang paling penting dari itu semua adalah memiliki rasa terbuka dan lapang dada. Kebhinekaan dalam masyarakat, ditambah banyaknya tantangan yang hanya orang-orang tertentu yang bisa mengatasinya seharusnya menimbulkan rasa saling menghargai, percaya dan menghormati. Suatu kritik baiknya diterima sebagai saran yang membangun walau sebaiknya kritik harus dikurangi.

Etnosentrisme

Prasangka dan diskriminasi erat hubungannya dengan etnosentrisme, yaitu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakan dengan kebudayaan lain. Dalam hal yang sangat ekstrem etnosentrisme malah menjadi ideologi suatu kelompok orang. Contohnya, Nazi yang merasa bahwa ras Aria (ras asli bangsa Jerman) adalah ras  yang terunggul dari semua ras di dunia. Akibatnya Nazi membantai orang-orang Yahudi, bahkan berniat menguasai dunia melalui peperangan demi terciptanya ras Aria yang berkuasa.
http://abitamasatria.blogspot.com/2016/01/rangkuman-materi-prasangka-diskriminasi.html

Komentar